Alkisah seekor tikus yang
mengintip dan mengamati sepasang suami istri petani membuka sebuah
bungkusan, "ada makanan" pikirnya. Namun alangkah terkejutnya sang
tikus, ternyata bungkusan itu berisi seperangkat alat "perangkap tikus".
Sang tikus lalu berlarian ke ladang pertanian itu sambil menjerit
kecemasan memberi peringatan "Awwwaaaaasss...!! ada perangkap tikus di
dangau" teriaknya berulang-ulang.
Melihat
kejadian itu ayam dengan tenang berkokok dan tetap mengais-ngais tanah
mencari makan, kemudian mengangkat kepala dan berkata "Yaa maafkan aku,
Pak Tikus, aku tahu ini memang masalah besar bagimu, tapi bagiku secara
pribadi tidak ada masalahnya, jadi tolong jangan buat aku pusinglah..!!"
Mendengar
jawaban ayam yang mengecewakan itu, tikus berbalik dan menuju kambing
dan mengatakan "Ada perangkap tikus dalam dangau" ucapnya
terengah-engah. Kambing pun menyahut "Waaaah...aku menyesal mendengar
kabar buruk ini, tetapi tak satupun yang bisa ku lakukan kecuali hanya
berdo'a, yakinlah...kamu senantiasa dalam do'a-do'aku" ujar kambing
menghibur dengan penuh simpati.
Mendapat
tanggapan yang setengah mengejek itu, tikus kemudian berbelok memberi
kabar kepada sapi "Oh yaaa...sebuah perangkap tikus?? Jadi saya dalam
bahaya besar yaa??" kata sapi dengan nada penuh cemo'oh sambil tertawa.
Mendengar jawaban yang memang menyakitkan itu, tikus pun kembali ke
sarangnya dengan kepala tertunduk dan dalam keadaan hati yang resah,
kesal dan sedih. Karena terbayang bahaya menghadapi perangkap itu
sendirian.
Pada
malam harinya terdengarlah suara "gedebak-gedebuk" dari dalam dangau,
seperti bunyi perangkap tikus yang telah berhasil meringkus mangsanya.
Mendengar suara heboh itu istri petani terbangun dan bangkit dari
tidurnya, kemudian dalam kegelapan dia meraba-raba mencari perangkap
tikus yang dipasang tadi sore. Namun mujur tak dapat diraih, malang tak
dapat ditolak, ternyata yang terperangkap adalah seekor ular berbisa,
ular itu pun sempat mematuk tangan istri sang petani. Dalam kecemasan
sang petani bergegas membawa istrinya ke Rumah Sakit dan setelah
memperoleh obat mereka dibolehkan pulang, walaupun istrinya masih dalam
keadaan demam panas akibat keracunan bisa ular.
Sudah
menjadi kebiasaan kita, apabila ada anggota keluarga yang sakit, pihak
keluarga akan berusaha memberikan yang terbaik buat si sakit, baik
dengan pelayanan maupun dengan memberikan makanan yang lezat-lezat, agar
selera makan si penderita tidak menurun.
Hari
itu sang petani menyembelih seekor ayam ternaknya, dengan harapan
istrinya tetap dalam stamina yang tidak terlalu lemah. Namun keadaan
berkata lain, hari itu penyakit istrinya kian parah, sehingga para teman
dan tetangga datang menjenguk. Dari jam ke jam tamu datang silih
berganti. Untuk memuliakan para tamu, petani itupun menyembelih seekor
kambing yang juga merupakan hewan ternaknya untuk menjamu para tamu dan
handai taulan.
Hari
berikutnya, istri sang petani tak juga kunjung sembuh, sampai akhirnya
ajalpun menjemput, istri petani itu meninggal dunia. Mendengar kejadian
itu, tentulah semakin banyak saja orang yang datang melayat dan membantu
proses pemakaman mayat, sehingga untuk menjamu pelayat dan tamu hari
itu sang petani lagi-lagi menyembelih hewan ternaknya, kali ini giliran
sapi. Dengan demikian, musnahlah sudah semua yang mengancam dan mengejek
sang tikus...tikus akhirnya selamat...!!
PELAJARAN DARI ANEKDOT INI :
- Perangkap yang kita buat untuk yang lain, sewaktu-waktu bisa membahayakan kita sendiri.
- Apabila kita mendengar seseorang yang sedang menghadapi masalah, hendaknya kita tidak berpikir masalah itu tidak ada kaitannya dengan kita.
- Sikap apatis dan mementingkan diri sendiri lebih banyak keburukan dari pada kebaikannya.
- Janganlah
memandang siapa yang berbicara, tetapi pandanglah apa isi
pembicaraannya, sekalipun yang berbicara itu orang kecil, kalau
pembicaraannya mengandung kebenaran, tidak ada alasan bagi kita untuk
tidak mempedulikannya. Diambil dari "Catatan Asno Minanda di Facebook"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar